BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Begitu
banyak peran bioteknologi bagi kehidupan kita yang sangat membantu dan
bermanfaat. Namun Bioteknologi juga mempunyai dampak negatif bagi kehidupan
manusia yaitu di bidang: Lingkungan, kesehatan, social dan ekonomi serta yang
paling menghawatirkan adalah masalah etika.
Dewasa ini,
perkembangan bioteknologi tidak hanya didasari pada biologi semata, tetapi juga
pada ilmu-ilmu terapan misalnya pada pengolahan limbah plastik dan sejenisnya. Limbah
adalah bahan sisa pada suatu kegiatan atau proses produksi. Limbah dapat
dibedakan berdasarkan nilai ekonomisnya dapat digolongkan dalam 2 golongan,
yaitu : 1. Limbah yang memiliki nilai ekonomis limbah yang dengan proses lebih
lanjut/diolah dapat memberikan nilai tambah. 2. Limbah non ekonomis limbah yang
tidak akan memberikan nilai tambah walaupun sudah diolah, pengolahan limbah ini
sifatnya untuk mempermudah sistem pembuangan.
Seiring dengan perkembangan
teknologi, kebutuhan akan plastik terus meningkat. Data BPS tahun 1999
menunjukkan bahwa volume perdagangan plastik impor Indonesia, terutama
polipropilena (PP) pada tahun 1995 sebesar 136.122,7 ton sedangkan pada tahun
1999 sebesar 182.523,6 ton, sehingga dalam kurun waktu tersebut terjadi
peningkatan sebesar 34,15%. Jumlah tersebut diperkirakan akan terus meningkat
pada tahun-tahun selanjutnya. Sebagai konsekuensinya, peningkatan limbah
plastikpun tidak terelakkan. Menurut Hartono (1998) komposisi sampah atau
limbah plastik yang dibuang oleh setiap rumah tangga adalah 9,3% dari total
sampah rumah tangga. Di Jabotabek rata-rata setiap pabrik menghasilkan satu ton
limbah plastik setiap minggunya. Jumlah tersebut akan terus bertambah,
disebabkan sifat-sifat yang dimiliki plastik, antara lain tidak dapat membusuk,
tidak terurai secara alami, tidak dapat menyerap air, maupun tidak dapat
berkarat, dan pada akhirnya akhirnya menjadi masalah bagi lingkungan. (YBP,
1986).
Plastik adalah salah satu bahan yang
dapat kita temui di hampir setiap barang. Mulai dari botol minum, TV, kulkas,
pipa pralon, plastik laminating, gigi palsu, compact disk (CD), kutex
(pembersih kuku), mobil, mesin, alat-alat militer hingga pestisida. Oleh karena
itu kita bisa hampir dipastikan pernah menggunakan dan memiliki barang-barang
yang mengandung Bisphenol-A. Salah satu barang yang memakai plastik dan
mengandung Bisphenol A adalah industri makanan dan minuman sebagai tempat
penyimpan makanan, plastik penutup makanan, botol air mineral, dan botol bayi
walaupun sekarang sudah ada botol bayi dan penyimpan makanan yang tidak
mengandung Bisphenol A sehingga aman untuk dipakai makan. Satu tes membuktikan
95% orang pernah memakai barang mengandung Bisphenol-A. Sekitar 20% volume
sampah perkotaan berupa limbah plastik. Pada umumnya, sampah tersebut dibuang
ke tempat pembuangan sampah. Oleh karena limbah plastik itu tidak dapat
diuraikan oleh mikroorganisme, akibatnya kita terus-menerus memerlukan areal
untuk pembuangan sampah. Meskipun tidak beracun, limbah plastik dapat menyebabkan
pencemaran tanah, selain merusak pemandangan. Beberapa cara yang dapat ditempuh
dalam mengatasi limbah plastik adalah dengan mendaur ulang, dengan incinerasi,
dan dengan membuat plastik yang dapat mengalami biodegradasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan plastik serta jenis-jenis plastik apa saja yang sering di
temui di masyarakat?
2. Bahan
kimia apa saja yang terkandung dalam plastik?
3. Bagaimana
proses pembuatan plastik ?
4. Bagaimana
dampak yang ditimbulkan dari limbah plastik pada lingkungan?
5. Bagaimana
peranan bioteknologi dalam mengatasi limbah plastik?
6. Bagaimana
cara pengolahan dan pemanfaatan limbah plastik di lingkungan?
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan
masalah diatas, terdapat beberapa tujuan dalam pembuatan makalah tersebut ialah
untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan plastik, bagaimana proses
pengolahannya, kandungan bahan kimia pada plastik serta bagaimana dampak yang
ditimbulkan dari limbah plastik dan cara penanganannya, pengolahan serta
pemanfaatannya di lingkuangan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Plastik
Plastik adalah salah
satu bahan yang dapat kita temui di hampir setiap barang. Mulai dari botol
minum, TV, kulkas, pipa pralon, plastik laminating, gigi palsu, compact disk
(CD), kutex (pembersih kuku), mobil, mesin, alat-alat militer hingga pestisida.
Oleh karena itu kita bisa hampir dipastikan pernah menggunakan dan memiliki
barang-barang yang mengandung Bisphenol-A.
Salah satu barang yang
memakai plastik dan mengandung Bisphenol A adalah industri makanan dan minuman
sebagai tempat penyimpan makanan, plastik penutup makanan, botol air mineral,
dan botol bayi walaupun sekarang sudah ada botol bayi dan penyimpan makanan
yang tidak mengandung Bisphenol A sehingga aman untuk dipakai makan. Suatu tes
membuktikan 95% orang pernah memakai barang mengandung Bisphenol-A.
Sekitar 20% volume
sampah perkotaan berupa limbah plastik. Pada umumnya, sampah tersebut dibuang
ke tempat pembuangan sampah. Oleh karena limbah plastik itu tidak dapat
diuraikan oleh mikroorganisme, akibatnya kita terus-menerus memerlukan areal
untuk pembuangan sampah. Meskipun tidak beracun, limbah plastik dapat
menyebabkan pencemaran tanah, selain merusak pemandangan. Beberapa cara yang
dapat ditempuh dalam mengatasi limbah plastik adalah dengan mendaur ulang,
dengan incinerasi, dan dengan membuat plastik yang dapat mengalami
biodegradasi.
B. Jenis-Jenis Plastik Dan
Penggunaannya
Nama plastik
mewakili ribuan bahan yang berbeda sifat fisis, mekanis, dan kimia. Secara
garis besar plastik dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yakni plastik
yang bersifat thermoplastic dan yang bersifat thermoset. Thermoplastic
dapat dibentuk kembali dengan mudah dan diproses menjadi bentuk lain, sedangkan
jenis thermoset bila telah mengeras tidak dapat dilunakkan kembali.
Plastik yang paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah dalam
bentuk thermoplastic.
Tidak
semua produk yang terbuat dari plastik aman digunakan. Ada beberapa jenis yang
memiliki ketentuan penggunaan tersendiri. Jenis utama plastik diantaranya
adalah PE (Poly Etylene), PP (Poly
Propylene), PS (Poly Styrene), PET (Poly Etylene Therephtalate), PVC (Poly
Vinyl Clhorida).
Asosiasi industri plastik di AS telah mengembangkan suatu standar
dimana terdapat pengkodean jenis pada setiap produk plastik. Kode ini biasanya
ada di bagian bawah wadah plastik, berupa cetakan timbul bergambar panah yang
membentuk segitiga dengan sebuah angka di dalamnya. Angka ini menunjukkan jenis
plastik dan penggunaannya. Di bawah panah yang berbentuk segitiga itu kadang
tercantum inisial kandungan kimia dari plastik tersebut. Berikut adalah kode
jenis plastik dan penggunaanya.
1.
Kode 1 bertuliskan PET atau PETE
PET atau PETE (Polyethylene terephthalate) sering digunakan sebagai
botol minuman, minyak goreng, kecap, sambal, obat, maupun kosmetik. Plastik
jenis ini tidak boleh digunakan berulang-ulang atau hanya sekali pakai.
Habiskan segera isinya, jika tutup wadah telah dibuka. Semakin lama wadah
terbuka, maka kandungan kimia yang terlarut semakin banyak. Monomer : ethyl
terephtalate
Kegunaan dan sifat :
v
jelas,
keras, tahan terhadap pelarut
v
tititk
lelehnya 85ºC
v
botol minuman berkarbonasi
v
botol juice buah
v
tas bantal dan peralatan tidur
v
fiber tekstile
2.
Kode 2 Bertuliskan HDPE
HDPE atau High Density Polyethylene banyak ditemukan sebagai
kemasan makanan dan obat yang tidak tembus pandang. Plastik jenis ini digunakan
untuk botol kosmetik, obat, minuman, tutup plastik, jerigen pelumas, dan cairan
kimia
3.
Kode 3
Bertuliskan PVC
PVC atau
Polyvinyl Chloride (PVC) sering digunakan pada mainan anak, bahan bangunan, dan
kemasan untuk produk bukan makanan. PVC dianggap sebagai jenis plastik yang
paling berbahaya. Beberapa negara Eropa bahkan sudah melarang penggunaan PVC
untuk bahan mainan anak di bawah tiga tahun.
Monomer
: Vinyl Chlorida
Kegunaan
dan sifat :
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Begitu
banyak peran bioteknologi bagi kehidupan kita yang sangat membantu dan
bermanfaat. Namun Bioteknologi juga mempunyai dampak negatif bagi kehidupan
manusia yaitu di bidang: Lingkungan, kesehatan, social dan ekonomi serta yang
paling menghawatirkan adalah masalah etika.
Dewasa ini,
perkembangan bioteknologi tidak hanya didasari pada biologi semata, tetapi juga
pada ilmu-ilmu terapan misalnya pada pengolahan limbah plastik dan sejenisnya. Limbah
adalah bahan sisa pada suatu kegiatan atau proses produksi. Limbah dapat
dibedakan berdasarkan nilai ekonomisnya dapat digolongkan dalam 2 golongan,
yaitu : 1. Limbah yang memiliki nilai ekonomis limbah yang dengan proses lebih
lanjut/diolah dapat memberikan nilai tambah. 2. Limbah non ekonomis limbah yang
tidak akan memberikan nilai tambah walaupun sudah diolah, pengolahan limbah ini
sifatnya untuk mempermudah sistem pembuangan.
Seiring dengan perkembangan
teknologi, kebutuhan akan plastik terus meningkat. Data BPS tahun 1999
menunjukkan bahwa volume perdagangan plastik impor Indonesia, terutama
polipropilena (PP) pada tahun 1995 sebesar 136.122,7 ton sedangkan pada tahun
1999 sebesar 182.523,6 ton, sehingga dalam kurun waktu tersebut terjadi
peningkatan sebesar 34,15%. Jumlah tersebut diperkirakan akan terus meningkat
pada tahun-tahun selanjutnya. Sebagai konsekuensinya, peningkatan limbah
plastikpun tidak terelakkan. Menurut Hartono (1998) komposisi sampah atau
limbah plastik yang dibuang oleh setiap rumah tangga adalah 9,3% dari total
sampah rumah tangga. Di Jabotabek rata-rata setiap pabrik menghasilkan satu ton
limbah plastik setiap minggunya. Jumlah tersebut akan terus bertambah,
disebabkan sifat-sifat yang dimiliki plastik, antara lain tidak dapat membusuk,
tidak terurai secara alami, tidak dapat menyerap air, maupun tidak dapat
berkarat, dan pada akhirnya akhirnya menjadi masalah bagi lingkungan. (YBP,
1986).
Plastik adalah salah satu bahan yang
dapat kita temui di hampir setiap barang. Mulai dari botol minum, TV, kulkas,
pipa pralon, plastik laminating, gigi palsu, compact disk (CD), kutex
(pembersih kuku), mobil, mesin, alat-alat militer hingga pestisida. Oleh karena
itu kita bisa hampir dipastikan pernah menggunakan dan memiliki barang-barang
yang mengandung Bisphenol-A. Salah satu barang yang memakai plastik dan
mengandung Bisphenol A adalah industri makanan dan minuman sebagai tempat
penyimpan makanan, plastik penutup makanan, botol air mineral, dan botol bayi
walaupun sekarang sudah ada botol bayi dan penyimpan makanan yang tidak
mengandung Bisphenol A sehingga aman untuk dipakai makan. Satu tes membuktikan
95% orang pernah memakai barang mengandung Bisphenol-A. Sekitar 20% volume
sampah perkotaan berupa limbah plastik. Pada umumnya, sampah tersebut dibuang
ke tempat pembuangan sampah. Oleh karena limbah plastik itu tidak dapat
diuraikan oleh mikroorganisme, akibatnya kita terus-menerus memerlukan areal
untuk pembuangan sampah. Meskipun tidak beracun, limbah plastik dapat menyebabkan
pencemaran tanah, selain merusak pemandangan. Beberapa cara yang dapat ditempuh
dalam mengatasi limbah plastik adalah dengan mendaur ulang, dengan incinerasi,
dan dengan membuat plastik yang dapat mengalami biodegradasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan plastik serta jenis-jenis plastik apa saja yang sering di
temui di masyarakat?
2. Bahan
kimia apa saja yang terkandung dalam plastik?
3. Bagaimana
proses pembuatan plastik ?
4. Bagaimana
dampak yang ditimbulkan dari limbah plastik pada lingkungan?
5. Bagaimana
peranan bioteknologi dalam mengatasi limbah plastik?
6. Bagaimana
cara pengolahan dan pemanfaatan limbah plastik di lingkungan?
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan
masalah diatas, terdapat beberapa tujuan dalam pembuatan makalah tersebut ialah
untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan plastik, bagaimana proses
pengolahannya, kandungan bahan kimia pada plastik serta bagaimana dampak yang
ditimbulkan dari limbah plastik dan cara penanganannya, pengolahan serta
pemanfaatannya di lingkuangan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Plastik
Plastik adalah salah
satu bahan yang dapat kita temui di hampir setiap barang. Mulai dari botol
minum, TV, kulkas, pipa pralon, plastik laminating, gigi palsu, compact disk
(CD), kutex (pembersih kuku), mobil, mesin, alat-alat militer hingga pestisida.
Oleh karena itu kita bisa hampir dipastikan pernah menggunakan dan memiliki
barang-barang yang mengandung Bisphenol-A.
Salah satu barang yang
memakai plastik dan mengandung Bisphenol A adalah industri makanan dan minuman
sebagai tempat penyimpan makanan, plastik penutup makanan, botol air mineral,
dan botol bayi walaupun sekarang sudah ada botol bayi dan penyimpan makanan
yang tidak mengandung Bisphenol A sehingga aman untuk dipakai makan. Suatu tes
membuktikan 95% orang pernah memakai barang mengandung Bisphenol-A.
Sekitar 20% volume
sampah perkotaan berupa limbah plastik. Pada umumnya, sampah tersebut dibuang
ke tempat pembuangan sampah. Oleh karena limbah plastik itu tidak dapat
diuraikan oleh mikroorganisme, akibatnya kita terus-menerus memerlukan areal
untuk pembuangan sampah. Meskipun tidak beracun, limbah plastik dapat
menyebabkan pencemaran tanah, selain merusak pemandangan. Beberapa cara yang
dapat ditempuh dalam mengatasi limbah plastik adalah dengan mendaur ulang,
dengan incinerasi, dan dengan membuat plastik yang dapat mengalami
biodegradasi.
B. Jenis-Jenis Plastik Dan
Penggunaannya
Nama plastik
mewakili ribuan bahan yang berbeda sifat fisis, mekanis, dan kimia. Secara
garis besar plastik dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yakni plastik
yang bersifat thermoplastic dan yang bersifat thermoset. Thermoplastic
dapat dibentuk kembali dengan mudah dan diproses menjadi bentuk lain, sedangkan
jenis thermoset bila telah mengeras tidak dapat dilunakkan kembali.
Plastik yang paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah dalam
bentuk thermoplastic.
Tidak
semua produk yang terbuat dari plastik aman digunakan. Ada beberapa jenis yang
memiliki ketentuan penggunaan tersendiri. Jenis utama plastik diantaranya
adalah PE (Poly Etylene), PP (Poly
Propylene), PS (Poly Styrene), PET (Poly Etylene Therephtalate), PVC (Poly
Vinyl Clhorida).
Asosiasi industri plastik di AS telah mengembangkan suatu standar
dimana terdapat pengkodean jenis pada setiap produk plastik. Kode ini biasanya
ada di bagian bawah wadah plastik, berupa cetakan timbul bergambar panah yang
membentuk segitiga dengan sebuah angka di dalamnya. Angka ini menunjukkan jenis
plastik dan penggunaannya. Di bawah panah yang berbentuk segitiga itu kadang
tercantum inisial kandungan kimia dari plastik tersebut. Berikut adalah kode
jenis plastik dan penggunaanya.
1.
Kode 1 bertuliskan PET atau PETE
PET atau PETE (Polyethylene terephthalate) sering digunakan sebagai
botol minuman, minyak goreng, kecap, sambal, obat, maupun kosmetik. Plastik
jenis ini tidak boleh digunakan berulang-ulang atau hanya sekali pakai.
Habiskan segera isinya, jika tutup wadah telah dibuka. Semakin lama wadah
terbuka, maka kandungan kimia yang terlarut semakin banyak. Monomer : ethyl
terephtalate
Kegunaan dan sifat :
v
jelas,
keras, tahan terhadap pelarut
v
tititk
lelehnya 85ºC
v
botol minuman berkarbonasi
v
botol juice buah
v
tas bantal dan peralatan tidur
v
fiber tekstile
2.
Kode 2 Bertuliskan HDPE
HDPE atau High Density Polyethylene banyak ditemukan sebagai
kemasan makanan dan obat yang tidak tembus pandang. Plastik jenis ini digunakan
untuk botol kosmetik, obat, minuman, tutup plastik, jerigen pelumas, dan cairan
kimia
3.
Kode 3
Bertuliskan PVC
PVC atau
Polyvinyl Chloride (PVC) sering digunakan pada mainan anak, bahan bangunan, dan
kemasan untuk produk bukan makanan. PVC dianggap sebagai jenis plastik yang
paling berbahaya. Beberapa negara Eropa bahkan sudah melarang penggunaan PVC
untuk bahan mainan anak di bawah tiga tahun.
Monomer
: Vinyl Chlorida
Kegunaan
dan sifat :
ü karpet,
kayu imitasi
ü Jas
hujan
ü Botol
detergen
ü Keras dan kaku
ü dapat
bersatu dengan pelarut
ü tititk
lelehnya 70 – 140ºC
ü pipa air
(paralon), alat-alat listrik, film
ü karpet,
kayu imitasi
ü Jas
hujan
ü Botol
detergen
ü Keras dan kaku
ü dapat
bersatu dengan pelarut
ü tititk
lelehnya 70 – 140ºC
ü pipa air
(paralon), alat-alat listrik, film
4.
Kode 4 Bertuliskan LDPE
LDPE
atau Low Density Polyethylene (LDPE) sering digunakan untuk membungkus,
misalnya sayuran, daging beku, kantong/tas kresek.
5.
Kode 5
Bertuliskan PP
PP atau
Polypropylene sering digunakan sebagai kemasan makanan, minuman, dan botol bayi
menggunakan plastik jenis ini. Monomer : propena (CH3 – CH = CH2).
Kegunaan
dan sifat :
1. kantong
plastik, film, automotif
2. mainan
mobil-mobilan, ember, botol
3. lebih
tahan panas dan titik leleh 1650C
4. keras, flexible, dapat tembus cahaya
5. ketahanan
kimianya bagus
6.
Kode 6
Bertuliskan PS
PS atau
Polystyrene termasuk kemasan sekali pakai. Contohnya gelas dan tempat makanan
styrofoam, sendok, dan garpu plastik, yang biasa ada pada kotak makanan. Kotak
CD juga mengandung Polystyrene. Kandungan bahan kimia plastik jenis ini
berbahaya bagi kesehatan. Jika makanan berminyak dipanaskan dalam wadah ini,
styrene dari kemasan langsung berpindah ke makanan.
7.
Kode 7
untuk jenis lainnya
Kategori
ini mencakup semua jenis plastik yang tidak termasuk dalam keenam kategori di
atas. Namun, bukan berarti plastik jenis ini aman sebagai wadah makanan, karena
di dalam kategori ini termasuk polycarbonate yang dapat melepaskan BPA. Di
dalam kategori ini juga ada bioplastik yang terbuat dari tepung jagung,
kentang, atau tebu. Bioplastik aman sebagai kemasan makanan dan ia pun dapat
terurai secara biologis. Untuk jenis ini, pastikan bahannya tidak mengandung
Polycarbonate.
PC atau
Polycarbonate biasanya digunakan untuk botol galon air minum, botol susu bayi,
melamin untuk gelas, piring, mangkuk alat makanan. Salah satu bahan
perlengkapan makanan dan minuman yang sering digunakan adalah melamin yang
tergolong jenis plastik termoset. Plastik jenis ini tergolong dalam “food
grade” dan dapat digunakan sampai 140º C.
Kode 7 ini biasanya ada 4 macam, yaitu:
·
SAN (styrine acrylonitrile)
·
ABS (acrylanitrle butadiene styrene)
·
PC (polycarbonate)
·
Nilon
Saat ini
beredar perlengkapan makanan melamin palsu yang biasanya dijual dengan harga 10
ribu 3, dibuat dari bahan urea formaldehyde yang mengandung formalin kadar
tinggi, yang tidak tahan panas dan dapat mengeluarkan formalin yang dapat
mengkontaminasi makanan.
Untuk membedakan melamin palsu dengan yang asli
dapat dilihat dari tekstur permukaannya di bawah cahaya lampu, yang palsu
biasanya bergelombang sedangkan yang asli tidak, dan jika direbus yang palsu
akan berubah bentuk dan warnanya menjadi kekuningan
C. Kandungan Bahan Kimia Pada Plastik
Sebagian di antaranya kemasan plastik berasal dari material
polyetilen, polypropilen, polyvinylchlorida (PVC) yang jika dibakar
ataudipanaskan bisa menimbulkan dioksin, yaitu suatu zat yang sangat beracun
dan merupakan penyebab kanker serta dapat mengurangi sistem kekebalan tubuh
seseorang. Sehingga menjaga plastik agar tidak berubah selama digunakan sebagai
pengemas makanan merupakan cara aman untuk menghindari bahaya-bahaya tersebut.
Dan bahan utama pembuat PVC adalah DOP. DOP memang populer digunakan dalam
proses plastisasi. Konsumsi DOP pada industri PVC mencapai 50-70% dari total
produksi plasticizer (senyawa aditif yang ditambahkan ke dalam polimer untuk
menambah fleksibilitas dan daya kerjanya). Selain efisien, DOP juga memberikan
viskositas yang stabil pada saat aplikasinya pada PVC. Lebih dari itu, harga
DOP paling murah di antara sekitar 300 plasticizer yang dikembangkan, karena
proses sintesanya sederhana dan bahan baku industri petrokimia ini juga
melimpah.
Istilah plastik
mencakup produk polimerisasi sintetik atau semi-sintetik.
Mereka terbentuk dari kondensasi organik atau penambahan polimer dan bisa juga terdiri dari zat lain untuk
meningkatkan performa atau ekonomi. Ada beberapa polimer alami yang termasuk
plastik. Plastik dapat dibentuk menjadi film atau fiber sintetik. Nama ini
berasal dari fakta bahwa banyak dari mereka "malleable", memiliki
properti keplastikan. Plastik
didesain dengan variasi yang sangat banyak dalam properti yang dapat
menoleransi panas, keras, "reliency" dan lain-lain. Digabungkan
dengan kemampuan adaptasinya, komposisi yang umum dan beratnya yang ringan
memastikan plastik digunakan hampir di seluruh bidang industri. Pellet atau
bijih plastik yang siap diproses lebih lanjut (injection
molding, ekstrusi, dll)
Plastik
dapat juga menuju ke setiap barang yang memiliki karakter yang deformasi atau
gagal karena shear stress, lihat keplastikan (fisika) dan ductile. Plastik dapat dikategorisasikan dengan banyak cara tapi paling
umum dengan melihat tulang-belakang polimernya (vinyl{chloride}, polyethylene,
acrylic, silicone, urethane, dll.). Klasifikasi lainnya juga umum.
Plastik adalah polimer; rantai panjang atom mengikat satu sama lain. Rantai
ini membentuk banyak unit molekul berulang, atau "monomer". Plastik
yang umum terdiri dari polimer karbon saja atau dengan oksigen, nitrogen,
chlorine atau belerang di tulang belakang. (beberapa minat komersial juga
berdasar silikon). Tulang-belakang adalah bagian dari rantai di jalur utama yang
menghubungkan unit monomer menjadi kesatuan. Untuk mengeset properti plastik
grup molekuler berlainan "bergantung" dari tulang-belakang (biasanya
"digantung" sebagai bagian dari monomer sebelum menyambungkan monomer
bersama untuk membentuk rantai polimer).
Pengesetan ini oleh grup "pendant" telah membuat plastik
menjadi bagian tak terpisahkan di kehidupan abad 21
dengan memperbaiki properti dari polimer tersebut. Pengembangan plastik berasal
dari penggunaan material alami (seperti: permen karet, "shellac")
sampai ke material alami yang dimodifikasi secara kimia (seperti: karet alami,
"nitrocellulose") dan akhirnya ke molekul buatan-manusia (seperti:
epoxy, polyvinyl chloride, polyethylene).
D. Proses Pembuatan Plastik
Penemuan
dan pembuatan plastik, pertama kali dilaporkan oleh Dr.Montgomerie pada tahun
1843, yaitu oleh penduduk Malaya dengan cara memanaskan getah karet kemudian
dibentuk dengan tangan dan dijadikan sebagai gagang pisau. Pada tahun 1845
J.Peluoze berhasil mensintesa sululosa nitrat. Cetakan bahan plastik yang
pertama, dipatenkan oleh J.L.Baldwin pada tangal 11 Februari 1862 yang disebut
dengan molds for making daguerreotype cases. Cetakan ini kemudian
digunakan secara luas untuk membentuk bahan-bahan plastik yang terdiri dari
campuran getah karet dengan berbagai bahan pengisi, humektan dan pemplastik.
Teknologi
pembuatan plastik mulai dikembangkan pada tahun 1800-an. Kemudian pada tahun
1868 John Wesley Hyatt membuat billiard ball dengan menginjeksikan seluloid ke dalam mold. John dan Isaiah Hyatt
mematenkan injection machine molding untuk pertama kalinya pada tahun 1872. Seluloid digunakan juga untuk mainan anak-anak,
pakaian, cat dan vernis, serta film untuk foto.
a)
Injection Molding
Injection molding adalah metode pemrosesan material termoplastik
yang mana material yang meleleh karena pemanasan diinjeksikan oleh plunger ke
dalam cetakan yang didinginkan oleh air kemudian material tersebut akan menjadi
dingin dan mengeras sehingga bisa dikeluarkan dari cetakan.
b) Proses
Pembuatan Botol Plastik (Blow Mold
Technology)
Proses pembuatannya diawali dengan pembentukan material plastik dengan cara meniupkan suatu fluida (cairan)
kedalam cetakan untuk membentuk suatu bentukan yang diinginkan. Umumnya
digunakan untuk bentukan yang berongga dengan perbedaan tebal dinding. Metode Blow Mold dapat dibedakan atas tiga
cara, yaitu :
a.
Injection
Blow Mold
Proses pembentukan produk berbahan plastik dengan cara diinjeksikan
terlebih dahulu untuk bakalan plastik yang akan di blow. Terdiri
dari komponen Injeksi dan Blow. Secara umum
digunakan untuk kontainer dengan ukuran yang relatif kecil dan yang sama sekali
tidak ada handle. Sering juga
digunakan untuk kontainer yang terdapat bentukan ulir pada bagian leher pada
botol.
Tahapan Proses
:
1.
Plastik dalam keadaan melting diinjeksikan kedalam kaviti dalam
bentuk bakalan.
2.
Plastik dipindah ke cetakan blowing.
3.
Udara di tiupkan sehingga plastik mengembang dan menempel sesuai
bentuk mold.
4.
Cetakan membuka untuk pengeluaran produk.
b.
Extrusion
Blow Mold
Proses pembentukan material plastik dengan cara diteteskan dari
extruder. Metode yang paling sederhana dari
blow mold terdiri dari extruder dan blow. Bisa
digunakan untuk kontainer yang bervariasi dari bentuknya, ukurannya, bukaan
leher pada botol, maupun bentukan handle. Jenis
plastik yang digunakan adalah HDPE, PVC, PC, PP, and PETG. Tahapan Proses :
1.
Plastik dikeluarkan dari extruder masuk ke cetakan blow dengan
pengarah lubang.
2.
Cetakan
tertutup.
3.
Pengarah lubang mengalirkan fluida (udara) kedalam plastik yang
dalam keadaan melting sehingga menekan ke cetakan.
4.
Cetakan terbuka untuk pengeluaran produk.
c.
Stretch
Blow Mold
Proses pembentukan plastik dengan cara di rentangkan (stretch)
sampai tercapai ukuran yang diinginkan dengan mempertimbangkan ketebalan
bakalan plastik. Sangat baik digunakan untuk plastik
dengan jenis PET. Terdiri dari komponen Injeksi,
Stretcher dan Blow. Tahapan Proses :
1.
Plastik dalam keadaan melting diinjeksikan kedalam kaviti dalam
bentuk bakalan.
2.
Plastik di
stretching (diregangkan) sesuai dimensi yang diperlukan.
3.
Udara di tiupkan sehingga plastik mengembang dan menempel sesuai
bentuk mold.
4.
Cetakan membuka untuk pengeluaran produk.
Ini
merupakan prinsip dasar cara membuat botol. Di pabrik semua sistem berjalan
secara otomatis dan bisa menghasilkan ribuan botol dalam tiap jamnya.
E.
Pengolahan atau Pemanfaatan Limbah Plastik
Seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan akan plastik terus
meningkat. Data BPS tahun 1999 menunjukkan bahwa volume perdagangan plastik
impor Indonesia, terutama polipropilena (PP) pada tahun 1995 sebesar 136.122,7
ton sedangkan pada tahun 1999 sebesar 182.523,6 ton, sehingga dalam kurun waktu
tersebut terjadi peningkatan sebesar 34,15%.
Jumlah tersebut diperkirakan akan terus meningkat pada tahun-tahun
selanjutnya. Sebagai konsekuensinya, peningkatan limbah plastikpun tidak
terelakkan. Menurut Hartono (1998) komposisi sampah atau limbah plastik yang
dibuang oleh setiap rumah tangga adalah 9,3% dari total sampah rumah tangga. Di
Jabotabek rata-rata setiap pabrik menghasilkan satu ton limbah plastik setiap
minggunya. Jumlah tersebut akan terus bertambah, disebabkan sifat-sifat yang
dimiliki plastik, antara lain tidak dapat membusuk, tidak terurai secara alami,
tidak dapat menyerap air, maupun tidak dapat berkarat, dan pada akhirnya
akhirnya menjadi masalah bagi lingkungan. (YBP, 1986).
Pengelolaan
Limbah Plastik Dengan Metode Recycle (Daur Ulang)
Pemanfaatan limbah
plastik merupakan upaya menekan pembuangan plastik seminimal mungkin dan dalam
batas tertentu menghemat sumber daya dan mengurangi ketergantungan bahan baku
impor. Pemanfaatan limbah plastik dapat dilakukan dengan pemakaian kembali (reuse)
maupun daur ulang (recycle). Di Indonesia, pemanfaatan limbah plastik
dalam skala rumah tangga umumnya adalah dengan pemakaian kembali dengan
keperluan yang berbeda, misalnya tempat cat yang terbuat dari plastik digunakan
untuk pot atau ember. Sisi jelek pemakaian kembali, terutama dalam bentuk
kemasan adalah sering digunakan untuk pemalsuan produk seperti yang seringkali
terjadi di kota-kota besar (Syafitrie, 2001).
Pemanfaatan limbah
plastik dengan cara daur ulang umumnya dilakukan oleh industri. Secara umum
terdapat empat persyaratan agar suatu limbah plastik dapat diproses oleh suatu
industri, antara lain limbah harus dalam bentuk tertentu sesuai kebutuhan
(biji, pellet, serbuk, pecahan), limbah harus homogen, tidak terkontaminasi,
serta diupayakan tidak teroksidasi. Untuk mengatasi masalah tersebut, sebelum
digunakan limbah plastik diproses melalui tahapan sederhana, yaitu pemisahan,
pemotongan, pencucian, dan penghilangan zat-zat seperti besi dan sebagainya
(Sasse et al.,1995).
Terdapat hal yang
menguntungkan dalam pemanfaatan limbah plastik di Indonesia dibandingkan negara
maju. Hal ini dimungkinkan karena pemisahan secara manual yang dianggap tidak
mungkin dilakukan di negara maju, dapat dilakukan di Indonesia yang mempunyai
tenaga kerja melimpah sehingga pemisahan tidak perlu dilakukan dengan peralatan
canggih yang memerlukan biaya tinggi. Kondisi ini memungkinkan berkembangnya
industri daur ulang plastik di Indonesia (Syafitrie, 2001).
Pemanfaatan plastik
daur ulang dalam pembuatan kembali barang-barang plastik telah berkembang
pesat. Hampir seluruh jenis limbah plastik (80%) dapat diproses kembali menjadi
barang semula walaupun harus dilakukan pencampuran dengan bahan baku baru dan
additive untuk meningkatkan kualitas (Syafitrie, 2001). Menurut Hartono (1998)
empat jenis limbah plastik yang populer dan laku di pasaran yaitu polietilena
(PE), High Density Polyethylene (HDPE), polipropilena (PP), dan asoi.
1. Plastik Daur Ulang Sebagai Matriks
Di Indonesia, plastik daur ulang sebagian besar dimanfaatkan kembali
sebagai produk semula dengan kualitas yang lebih rendah. Pemanfaatan plastik
daur ulang sebagai bahan konstruksi masih sangat jarang ditemui. Pada tahun
1980 an, di Inggris dan Italia plastik daur ulang telah digunakan untuk membuat
tiang telepon sebagai pengganti tiang-tiang kayu atau besi. Di Swedia plastik
daur ulang dimanfaatkan sebagai bata plastik untuk pembuatan bangunan
bertingkat, karena ringan serta lebih kuat dibandingkan bata yang umum dipakai
(YBP, 1986).
Pemanfaatan plastik daur ulang dalam bidang komposit kayu di Indonesia
masih terbatas pada tahap penelitian. Ada dua strategi dalam pembuatan komposit
kayu dengan memanfaatkan plastik, pertama plastik dijadikan sebagai binder
sedangkan kayu sebagai komponen utama; kedua kayu dijadikan bahan pengisi/filler
dan plastik sebagai matriksnya. Penelitian mengenai pemanfaatan plastik
polipropilena daur ulang sebagai substitusi perekat termoset dalam pembuatan
papan partikel telah dilakukan oleh Febrianto dkk (2001). Produk papan partikel
yang dihasilkan memiliki stabilitas dimensi dan kekuatan mekanis yang tinggi
dibandingkan dengan papan partikel konvensional. Penelitian plastik daur ulang
sebagai matriks komposit kayu plastik dilakukan Setyawati (2003) dan Sulaeman
(2003) dengan menggunakan plastik polipropilena daur ulang. Dalam pembuatan
komposit kayu plastik daur ulang, beberapa polimer termoplastik dapat digunakan
sebagai matriks, tetapi dibatasi oleh rendahnya temperatur permulaan dan
pemanasan dekomposisi kayu (lebih kurang 200°C).
2. Bioremediasi
Bioremediasi didefinisikan sebagai proses penguraian limbah
organik/anorganik polutann secara biologi dalam kondisi terkendali. Penguraian
senyawa kontaminan ini umumnya melibatkan mikroorganisme (khamir, fungi, dan
bakteri).
a. Proses Bioremediasi
Proses bioremediasi harus memperhatikan antara lain temperatur tanah,
derajat keasaman tanah, kelembaban tanah, sifat dan struktur geologis lapisan
tanah, lokasi sumber pencemar, ketersediaan air, nutrien (N, P, K),
perbandingan C : N kurang dari 30:1, dan ketersediaan oksigen. Pendekatan umum
yang dilakukan untuk meningkatkan biodegradasi adalah dengan cara yang pertama
menggunakan mikroba indigenous (bioremediasi instrinsik), kedua memodifikasi
lingkungan dengan penambahan nutrisi dan aerasi (biostimulasi), dan yang ketiga
penambahan mikroorganisme (bioaugmentasi). Ada dua jenis bioremediasi, yaitu
in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-site adalah
pembersihan di lokasi.
Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan,
venting (injeksi), dan bioremediasi. Sementara bioremediasi ex-situ atau
pembersihan off-side dilakukan dengan cara tanah yang tercemar digali dan
dipindahkan ke dalam penampungan yang lebih terkontrol, kemudian diberi
perlakuan khusus dengan menggunakan mikroba. Bioremediasi ex-situ dapat
berlangsung lebih cepat, mampu me-remediasi jenis kontaminan dan jenis tanah
yang lebih beragam, dan lebih mudah dikontrol dibanding dengan bioremediasi
in-situ.
b. Teknik Bioremediasi
Ada 4 teknik dasar yang biasa digunakan dalam
bioremediasi:
1. Stimulasi aktivitas mikroorganisme asli (di lokasi tercemar) dengan
penambahan nutrien, pengaturan kondisi redoks, optimasi pH, dsb
2. Inokulasi (penanaman) mikroorganisme di lokasi tercemar, yaitu
mikroorganisme yang memiliki kemampuan biotransformasi khusus.
3. Penerapan immobilized enzymes
4. Penggunaan tanaman (phytoremediation) untuk menghilangkan atau mengubah
pencemar. Bioremediasi ex-situ meliputi penggalian tanah yang tercemar dan
kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut
dibersihkan dari zat pencemar.
Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian
zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar
dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air
limbah. Kelemahan bioremediasi ex-situ ini jauh lebih mahal dan rumit.
Sedangkan keunggulannya antara lain proses bisa lebih cepat dan mudah untuk
dikontrol, mampu meremediasi jenis kontaminan dan jenis tanah yang lebih
beragam.
c. Manfaat Bioremediasi
Bioremediasi telah
memberikan manfaat yang luar biasa pada :
1. Bidang Lingkungan, yakni, pengolahan limbah yang ramah lingkungan dan
bahkan mengubah limbah tersebut menjadi ramah lingkungan. Contoh bioremediasi
dalam lingkungan yakni telah membantu mengurangi pencemaran dari pabrik,
misalnya saat 1979, supertanker Exxon Valdez di Alaska, lebih dari 11juta
gallon oli mentah mengalir, tetapi bakteri pemakan oli membantu mengurangi
pencemaran laut yang lebih jauh lagi.
2. Bidang Industri, yakni bioremediasi telah memberikan suatu inovasi baru
yang membangkitkan semangat industri sehingga terbentuklah suatu perusahaan
yang khusus bergerak dibidang bioremediasi, contohnya adalah Regenesis
Bioremediation Products, Inc., di San Clemente, Calif.
3. Bidang Ekonomi, karena bioremediasi menggunakan bahan bahan alami yang
hasilnya ramah lingkungan, sedangkan mesin-mesin yang digunakan dalam
pengolahan limbah memerlukan modal dan biaya yang jauh lebih, sehingga
bioremediasi memberikan solusi ekonomi yang lebih baik.
4. Bidang Pendidikan, penggunaan microorganisme dalam bioremediasi, dapat
membantu penelitian terhadap mikroorganisme yang masih belum diketahui secara
jelas.Pengetahuan ini akan memberikan sumbangan yang besar bagi dunia
pendidikan sains.
5. Bidang Teknologi, bioremediasi memberikan tantangan baru bagi teknologi
untuk terus memberikan inovasi yang lebih baik bagi lingkungan.
6. Bidang Sosial, bioremediasi memberikan solusi ekonomi yang mudah dijangkau
dan mudah dilakukan baik bagi rumah tangga dan industri. Dengan begini, limbah
rumah tangga dapat dikelola jauh lebih baik.
7. Bidang Kesehatan, dengan pengelolaan limbah yang baik, pencemaran dapat
diminimalisir sehingga kualitas hidup manusia jauh meningkat.
8. Bidang Politik, isu lingkungan dapat lebih ditekan sehingga para petinggi
dapat memfokuskan masalah ke lingkup lain, Bahkan bioremediasi dapat membantu
memperbaiki masalah yang berkesinambungan didalamnya.
3. Plastik Ramah Lingkungan
Selama ini, beraneka produk dari plastik sangat mudah kita jumpai
di pasaran. Sebab, selain praktis, harganya pun cenderung lebih murah. Bahkan,
bisa dikatakan, tak ada hari tanpa plastik, mulai dari kantung belanja, hingga
kemasan makanan. Tapi, belakangan, upaya mengurangi plastik sebagai bahan
penunjang kehidupan sehari-hari, mulai banyak dilakukan. Sebab, plastik
dianggap sebagai salah satu bahan tidak ramah lingkungan yang sukar diuraikan.
Apalagi, setelah diteliti, ternyata bahan-bahan yang terbuat dari plastik,
terbukti dapat memicu tumbuhnya bibit-bibit kanker.
Kantong plastik yang bisa hancur/terurai dalam waktu relatif
singkat(saya sebut relatif singkat, jika dibandingkan dengan 200 hingga 1000
tahun waktu hancurnya material plastik biasa) terdiri dari 2 macam, yaitu
kantong plastik bio-degradable dan kantong plastik oxo-degradable. Kantong
plastik bio-degradable berbahan dari bijih plastik dicampur 20% – 30% tepung
tapioka atau tepung jagung. Mengandung bahan alami bukan? Meskipun masih juga
menggunakan bijih plastik. Sayangnya lagi, karena menggunakan bahan alami tersebut
biaya pembuatannya tinggi sehingga harga jualnya lebih tinggi dari harga jual
kantong plastik biasa, bahkan bisa mencapai 5 kalin lebih mahal.
Proses degradasi, dengan penggambaran produk kantong plastik ini
yang mulai dari bulan ke-1, bulan ke-2, bulan ke-3, hingga bulan ke-24,
mengalami degradasi atau kerusakan/kehancuran, sedikit demi sedikit. Butuh 24
bulan atau 2 tahun kantong plastik yang disebut “Ramah Lingkungan” ini untuk
bersatu dengan alam. Sementara itu, kantong plastik oxo-degradable terbuat bijih
plastik biasa, ditambah zat lain/aditif yang menyebabkannya menjadi mudah
terurai, dengan mengalami oksidasi oleh udara. Salah satu zat aditif itu
bernama EPI.
Kantong plastik Alfamart ini menggunakan Oxium sebagai aditifnya.
Oxium ternyata serupa dengan EPI, merupakan zat aditif yang
mempercepat kehancuran material plastik. Hanya saja EPI berasal dari produsen
Kanada, sedangkan Oxium ini adalah produk karya orang Indonesia.
Untuk menyelamatkan lingkungan dari bahaya plastik, saat ini telah
dikembangkan plastik biodegradable, artinya plastik ini dapat duraikan kembali
mikroorganisme secara alami menjadi senyawa yang ramah lingkungan. Biasanya
plastik konvensional berbahan dasar petroleum, gas alam, atau batu bara.
Sementara plastik biodegradable terbuat dari material yang dapat diperbaharui,
yaitu dari senyawa-senyawa yang terdapat dalam tanaman misalnya selulosa,
kolagen, kasein, protein atau lipid yang terdapat dalam hewan.
Jenis plastik biodegradable antara lain polyhidroksialkanoat (PHA)
dan poli-asam amino yang berasal dari sel bakteri, polylaktida (PLA) yang
merupakan modifikasi asam laktat hasil perubahan zat tepung kentang atau jagung
oleh mikroorganisme, dan poliaspartat sintesis yang dapat terdegradasi. Bahan
dasar plastik berasal dari selulosa bakteri, kitin, kitosan, atau tepung yang
terkandung dalam tumbuhan, serta beberapa material plastik atau polimer lain
yang terdapat di sel tumbuhan dan hewan.
Plastik biodegradable berbahan dasar tepung dapat didegradasi
bakteri pseudomonas dan bacillus memutus rantai polimer menjadi
monomer-monomernya. Senyawa-senyawa hasil degradasi polimer selain menghasilkan
karbon dioksida dan air, juga menghasilkan senyawa organik lain yaitu asam
organik dan aldehid yang tidak berbahaya bagi lingkungan. Plastik berbahan
dasar tepung aman bagi lingkungan. Sebagai perbandingan, plastik tradisional
membutuhkan waktu sekira 50 tahun agar dapat terdekomposisi alam, sementara
plastik biodegradable dapat terdekomposisi 10 hingga 20 kali lebih cepat. Hasil
degradasi plastik ini dapat digunakan sebagai makanan hewan ternak atau sebagai
pupuk kompos. Plastik biodegradable yang terbakar tidak menghasilkan senyawa
kimia berbahaya. Kualitas tanah akan meningkat dengan adanya plastik
biodegradable, karena hasil penguraian mikroorganisme meningkatkan unsur hara
dalam tanah.
Sampai saat ini masih diteliti berapa cepat atau berapa banyak
polimer biodegradable ini dapat diuraikan alam. Di samping itu, penambahan
tepung pada pembuatan polimer biodegradable menambah biaya pembuatan plastik.
Namun ini menjadi potensi yang besar di Indonesia, karena terdapat berbagai
tanaman penghasil tepung seperti singkong, beras, kentang, dan tanaman lainnya.
Apalagi harga umbi-umbian di Indonesia relatif rendah. Dengan memanfaatkan
sebagai bahan plastik biodegradable, akan memberi nilai tambah ekonomi yang
tinggi. Penelitian lebih lanjut sangat diperlukan. Bukan tidak mungkin kelak
Indonesia menjadi produsen terbesar plastik biodegradable di dunia.
Jerman, India, Australia, Jepang, dan Amerika adalah negara yang
paling intensif mengembangkan riset plastik biodegradable dan mempromosikan
penggunaannya menggantikan plastik konvensional. Produk industri berbahan dasar
plastik mulai menggunakan bahan biodegradable. Fujitsu, perusahaan komputer
besar di Jepang telah menggunakan plastik biodegradable ini pada semua casing
produknya. Komunitas internasional sepakat, penggunaan bahan polimer sintetis
yang ramah lingkungan harus terus ditingkatkan.
Sementara itu, penggunaan di Indonesia masih jauh panggang dari
api. Padahal sudah jelas potensi bahan baku pembuatan plastik biodegradable
sangat besar di Indonesia. Tampaknya perlu dukungan dari semua pihak terutama
pemerintah selaku regulator, industri kimia dan proses, serta kesadaran dari
seluruh masyarakat. Harus ada kerja sama diantara banyak pihak untuk mendukung
penerapan plastik biodegradable menggantikan plastik konvensional. Penggunaan
skala besar plastik berbahan biodegradable ini akan membantu mengurangi
penggunaan minyak bumi, gas alam dan sumber mineral lain serta turut
berkontribusi menyelamatkan lingkungan.
4. Incinerasi
Cara lain untuk mengatasi
limbah plastik adalah dengan membakarnya pada suhu tinggi (incinerasi). Limbah
plastik mempunyai nilai kalor yang tinggi, sehingga dapat digunakan sebagai
sumber tenaga untuk pembangkit listrik. Beberapa pembangkit listrik membakar
batu bara yang dicampur beberapa persen ban dan plastik bekas. Akan tetapi
pembakaran sebenarnya menimbulkan masalah baru, yaitu pencemaran udara.
Pembakaran plastik seperti PVC menghasilkan gas HCl yang bersifat korosif.
Pembakaran ban bekas menghasilkan asap hitam yang sangat pekat dan gas- gas
yang bersifat korosif. Gas- gas korosif ini membuat incinerator cepat
terkorosi. Polusi yang paling serius adalah dibebaskannya gas Dioksin yang
sangat beracun pada pembakaran senyawa yang mengandung klorin seperti PVC.
Untuk itu, pembakaran harus dilakukan dengan pengontrolan yang baik untuk
mengurangi polusi udara
F.
Dampak Yang Ditimbulkan Dari Limbah Plastik Pada Lingkungan
Banyak masyarakat yang tidak mengetahui bahaya dari plastik itu
sendiri, apabila kita tidak benar menggunakannya. Beberapa laporan ini menguak
sisi lain dari kemudahan yang diberikan oleh bahan-bahan yang terbuat dari
polimer sintetis. Styrofoam (gabus) praktis dipakai sebagai kemasan makanan.
Demikian juga plastik. Tetapi keduanya juga mengandung zat-zat yang amat
berbahaya bagi kesehatan tubuh. Kanker salah satu ancamannya. Bahan dasar
pembuatan Styrofoam adalah styren. Styren, bahan dasar styrofoam, bersifat
larut lemak dalam alkohol. Ini berarti, wadah dari jenis ini tidak cocok untuk
tempat susu yang mengandung lemak tinggi. Begitu pun dengan kopi yang dicampur
krim. Padahal, tidak sedikit restoran cepat saji yang menyuguhkan kopi panasnya
dalam wadah ini. Karena itu sewajarnya kita berhati-hati menggunakan styrofoam.
Kalau untuk makanan dingin tidak perlu khawatir, tapi bagaimanapun,
penggunaannya sebaiknya dihindari. Styrofoam mengandung muatan zat racun,
terutama styrin. Oleh sebab itu, hidangan panas yang akan disajikan ke dalam
kotak styrofoam sebaiknya didinginkan dahulu dan diberi alas daun, jangan
plastik. Demikian halnya plastik botol minuman mineral. Bahan plastik yang
disebut polyethylene terephthalate ini sebaiknya jangan disiram air panas,
lantaran mengandung zat atau senyawa stiarin. Meski demikian, ada bahan-bahan
plastik tertentu yang memang tahan panas.
1.
Pigmen warna
Ancaman
terhadap kesehatan karena pigmen datang dari kantong plastik berwarna-warni.
Masalahnya adalah seringkali tidak diketahui bahan pewarna yang digunakan.
Memang ada pewarna khusus untuk kantong plastik yang aman untuk makanan. Tetapi
di Indonesia jarang ditemukan hal yang demikian. Biasanya produsen di sini
menggunakan pewarna nonfood grade atau pewarna yang tidak aman bagi makanan.
Banyak kandungan berbahaya dari kantong plastik (kresek) bisa mengontaminasi
makanan. Bila terkena suhu tinggi, pigmen warna kantong plastik akan bermigrasi
ke makanan. bila makanan yang baru digoreng ditempatkan di kantong kresek, suhu
minyak yang tinggi akan menghasilkan kolesterol atau lemak jenuh yang tinggi
pula.
2.
Zat beracun dalam Plastik tanpa warna
1 komentar:
Obat gondok pada ibu hamil
Obat Wasir Berdarah Pada Ibu Hamil
Obat Penyakit Radang Pita Suara
Obat Nyeri Lambung Untuk Anak
Obat Radang Amandel Ibu Hamil
Obat Infeksi Usus Dan Lambung
Obat darah kental ibu hamil
Obat gatal jamur di ketiak
Obat gatal pada anus
Obat Stroke Wajah
Obat Gejala Vertigo
Obat Penyakit Wasir Eksternal
Obat penyakit stroke kronis
Obat benjolan di gusi anak
Obat benjolan di ketiak anak
Obat radang paru paru ibu hamil
Obat nyeri dada ibu hamil
Obat disentri pada anak
Pengobatan radang lambung pada anak
Obat radang empedu pada anak
Pengobatan Infeksi Lambung Pada Anak
Pengobatan Radang Pita Suara
Obat Luka Lambung Kronis
Obat Radang Tulang Kering
Posting Komentar