Selasa, 03 Desember 2013

Bioteknologi: Pemanfaatan Limbah Plastik

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Begitu banyak peran bioteknologi bagi kehidupan kita yang sangat membantu dan bermanfaat. Namun Bioteknologi juga mempunyai dampak negatif bagi kehidupan manusia yaitu di bidang: Lingkungan, kesehatan, social dan ekonomi serta yang paling menghawatirkan adalah masalah etika.
Dewasa ini, perkembangan bioteknologi tidak hanya didasari pada biologi semata, tetapi juga pada ilmu-ilmu terapan misalnya pada pengolahan limbah plastik dan sejenisnya. Limbah adalah bahan sisa pada suatu kegiatan atau proses produksi. Limbah dapat dibedakan berdasarkan nilai ekonomisnya dapat digolongkan dalam 2 golongan, yaitu : 1. Limbah yang memiliki nilai ekonomis limbah yang dengan proses lebih lanjut/diolah dapat memberikan nilai tambah. 2. Limbah non ekonomis limbah yang tidak akan memberikan nilai tambah walaupun sudah diolah, pengolahan limbah ini sifatnya untuk mempermudah sistem pembuangan.
Seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan akan plastik terus meningkat. Data BPS tahun 1999 menunjukkan bahwa volume perdagangan plastik impor Indonesia, terutama polipropilena (PP) pada tahun 1995 sebesar 136.122,7 ton sedangkan pada tahun 1999 sebesar 182.523,6 ton, sehingga dalam kurun waktu tersebut terjadi peningkatan sebesar 34,15%. Jumlah tersebut diperkirakan akan terus meningkat pada tahun-tahun selanjutnya. Sebagai konsekuensinya, peningkatan limbah plastikpun tidak terelakkan. Menurut Hartono (1998) komposisi sampah atau limbah plastik yang dibuang oleh setiap rumah tangga adalah 9,3% dari total sampah rumah tangga. Di Jabotabek rata-rata setiap pabrik menghasilkan satu ton limbah plastik setiap minggunya. Jumlah tersebut akan terus bertambah, disebabkan sifat-sifat yang dimiliki plastik, antara lain tidak dapat membusuk, tidak terurai secara alami, tidak dapat menyerap air, maupun tidak dapat berkarat, dan pada akhirnya akhirnya menjadi masalah bagi lingkungan. (YBP, 1986).
Plastik adalah salah satu bahan yang dapat kita temui di hampir setiap barang. Mulai dari botol minum, TV, kulkas, pipa pralon, plastik laminating, gigi palsu, compact disk (CD), kutex (pembersih kuku), mobil, mesin, alat-alat militer hingga pestisida. Oleh karena itu kita bisa hampir dipastikan pernah menggunakan dan memiliki barang-barang yang mengandung Bisphenol-A. Salah satu barang yang memakai plastik dan mengandung Bisphenol A adalah industri makanan dan minuman sebagai tempat penyimpan makanan, plastik penutup makanan, botol air mineral, dan botol bayi walaupun sekarang sudah ada botol bayi dan penyimpan makanan yang tidak mengandung Bisphenol A sehingga aman untuk dipakai makan. Satu tes membuktikan 95% orang pernah memakai barang mengandung Bisphenol-A. Sekitar 20% volume sampah perkotaan berupa limbah plastik. Pada umumnya, sampah tersebut dibuang ke tempat pembuangan sampah. Oleh karena limbah plastik itu tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme, akibatnya kita terus-menerus memerlukan areal untuk pembuangan sampah. Meskipun tidak beracun, limbah plastik dapat menyebabkan pencemaran tanah, selain merusak pemandangan. Beberapa cara yang dapat ditempuh dalam mengatasi limbah plastik adalah dengan mendaur ulang, dengan incinerasi, dan dengan membuat plastik yang dapat mengalami biodegradasi.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan plastik serta jenis-jenis plastik apa saja yang sering di temui di masyarakat?
2.      Bahan kimia apa saja yang terkandung dalam plastik?
3.      Bagaimana proses pembuatan plastik ?
4.      Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari limbah plastik pada lingkungan?
5.      Bagaimana peranan bioteknologi dalam mengatasi limbah plastik?
6.      Bagaimana cara pengolahan dan pemanfaatan limbah plastik di lingkungan?
C.    Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah diatas, terdapat beberapa tujuan dalam pembuatan makalah tersebut ialah untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan plastik, bagaimana proses pengolahannya, kandungan bahan kimia pada plastik serta bagaimana dampak yang ditimbulkan dari limbah plastik dan cara penanganannya, pengolahan serta pemanfaatannya di lingkuangan.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Plastik
Plastik adalah salah satu bahan yang dapat kita temui di hampir setiap barang. Mulai dari botol minum, TV, kulkas, pipa pralon, plastik laminating, gigi palsu, compact disk (CD), kutex (pembersih kuku), mobil, mesin, alat-alat militer hingga pestisida. Oleh karena itu kita bisa hampir dipastikan pernah menggunakan dan memiliki barang-barang yang mengandung Bisphenol-A.
Salah satu barang yang memakai plastik dan mengandung Bisphenol A adalah industri makanan dan minuman sebagai tempat penyimpan makanan, plastik penutup makanan, botol air mineral, dan botol bayi walaupun sekarang sudah ada botol bayi dan penyimpan makanan yang tidak mengandung Bisphenol A sehingga aman untuk dipakai makan. Suatu tes membuktikan 95% orang pernah memakai barang mengandung Bisphenol-A.
Sekitar 20% volume sampah perkotaan berupa limbah plastik. Pada umumnya, sampah tersebut dibuang ke tempat pembuangan sampah. Oleh karena limbah plastik itu tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme, akibatnya kita terus-menerus memerlukan areal untuk pembuangan sampah. Meskipun tidak beracun, limbah plastik dapat menyebabkan pencemaran tanah, selain merusak pemandangan. Beberapa cara yang dapat ditempuh dalam mengatasi limbah plastik adalah dengan mendaur ulang, dengan incinerasi, dan dengan membuat plastik yang dapat mengalami biodegradasi.
B.     Jenis-Jenis Plastik Dan Penggunaannya
Nama plastik mewakili ribuan bahan yang berbeda sifat fisis, mekanis, dan kimia. Secara garis besar plastik dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yakni plastik yang bersifat thermoplastic dan yang bersifat thermoset. Thermoplastic dapat dibentuk kembali dengan mudah dan diproses menjadi bentuk lain, sedangkan jenis thermoset bila telah mengeras tidak dapat dilunakkan kembali. Plastik yang paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah dalam bentuk thermoplastic.
Tidak semua produk yang terbuat dari plastik aman digunakan. Ada beberapa jenis yang memiliki ketentuan penggunaan tersendiri. Jenis utama plastik diantaranya adalah PE (Poly Etylene), PP (Poly Propylene), PS (Poly Styrene), PET (Poly Etylene Therephtalate), PVC (Poly Vinyl Clhorida).
Asosiasi industri plastik di AS telah mengembangkan suatu standar dimana terdapat pengkodean jenis pada setiap produk plastik. Kode ini biasanya ada di bagian bawah wadah plastik, berupa cetakan timbul bergambar panah yang membentuk segitiga dengan sebuah angka di dalamnya. Angka ini menunjukkan jenis plastik dan penggunaannya. Di bawah panah yang berbentuk segitiga itu kadang tercantum inisial kandungan kimia dari plastik tersebut. Berikut adalah kode jenis plastik dan penggunaanya.
1.      Kode 1 bertuliskan PET atau PETE
PET atau PETE (Polyethylene terephthalate) sering digunakan sebagai botol minuman, minyak goreng, kecap, sambal, obat, maupun kosmetik. Plastik jenis ini tidak boleh digunakan berulang-ulang atau hanya sekali pakai. Habiskan segera isinya, jika tutup wadah telah dibuka. Semakin lama wadah terbuka, maka kandungan kimia yang terlarut semakin banyak. Monomer : ethyl terephtalate
Kegunaan dan sifat :
v  jelas, keras, tahan terhadap pelarut
v   tititk lelehnya 85ºC
v  botol minuman berkarbonasi
v  botol juice buah
v  tas bantal dan peralatan tidur
v  fiber tekstile
2.      Kode 2 Bertuliskan HDPE
HDPE atau High Density Polyethylene banyak ditemukan sebagai kemasan makanan dan obat yang tidak tembus pandang. Plastik jenis ini digunakan untuk botol kosmetik, obat, minuman, tutup plastik, jerigen pelumas, dan cairan kimia
3.      Kode 3 Bertuliskan PVC
PVC atau Polyvinyl Chloride (PVC) sering digunakan pada mainan anak, bahan bangunan, dan kemasan untuk produk bukan makanan. PVC dianggap sebagai jenis plastik yang paling berbahaya. Beberapa negara Eropa bahkan sudah melarang penggunaan PVC untuk bahan mainan anak di bawah tiga tahun.
Monomer : Vinyl Chlorida
Kegunaan dan sifat :


ü  karpet, kayu imitasi
ü  Jas hujan
ü  Botol detergen
ü   Keras dan kaku
ü  dapat bersatu dengan pelarut
ü  tititk lelehnya 70 – 140ºC
ü  pipa air (paralon), alat-alat listrik, film


4.      Kode 4 Bertuliskan LDPE

LDPE atau Low Density Polyethylene (LDPE) sering digunakan untuk membungkus, misalnya sayuran, daging beku, kantong/tas kresek.

5.      Kode 5 Bertuliskan PP

PP atau Polypropylene sering digunakan sebagai kemasan makanan, minuman, dan botol bayi menggunakan plastik jenis ini. Monomer : propena (CH3 – CH = CH2).

Kegunaan dan sifat :

1.      kantong plastik, film, automotif

2.      mainan mobil-mobilan, ember, botol

3.      lebih tahan panas dan titik leleh 1650C

4.       keras, flexible, dapat tembus cahaya

5.      ketahanan kimianya bagus

6.      Kode 6 Bertuliskan PS

PS atau Polystyrene termasuk kemasan sekali pakai. Contohnya gelas dan tempat makanan styrofoam, sendok, dan garpu plastik, yang biasa ada pada kotak makanan. Kotak CD juga mengandung Polystyrene. Kandungan bahan kimia plastik jenis ini berbahaya bagi kesehatan. Jika makanan berminyak dipanaskan dalam wadah ini, styrene dari kemasan langsung berpindah ke makanan.

7.      Kode 7 untuk jenis lainnya

Kategori ini mencakup semua jenis plastik yang tidak termasuk dalam keenam kategori di atas. Namun, bukan berarti plastik jenis ini aman sebagai wadah makanan, karena di dalam kategori ini termasuk polycarbonate yang dapat melepaskan BPA. Di dalam kategori ini juga ada bioplastik yang terbuat dari tepung jagung, kentang, atau tebu. Bioplastik aman sebagai kemasan makanan dan ia pun dapat terurai secara biologis. Untuk jenis ini, pastikan bahannya tidak mengandung Polycarbonate.

PC atau Polycarbonate biasanya digunakan untuk botol galon air minum, botol susu bayi, melamin untuk gelas, piring, mangkuk alat makanan. Salah satu bahan perlengkapan makanan dan minuman yang sering digunakan adalah melamin yang tergolong jenis plastik termoset. Plastik jenis ini tergolong dalam “food grade” dan dapat digunakan sampai 140º C.

Kode 7 ini biasanya ada 4 macam, yaitu:

·         SAN (styrine acrylonitrile)

·         ABS (acrylanitrle butadiene styrene)

·         PC (polycarbonate)

·         Nilon

Saat ini beredar perlengkapan makanan melamin palsu yang biasanya dijual dengan harga 10 ribu 3, dibuat dari bahan urea formaldehyde yang mengandung formalin kadar tinggi, yang tidak tahan panas dan dapat mengeluarkan formalin yang dapat mengkontaminasi makanan.

Untuk membedakan melamin palsu dengan yang asli dapat dilihat dari tekstur permukaannya di bawah cahaya lampu, yang palsu biasanya bergelombang sedangkan yang asli tidak, dan jika direbus yang palsu akan berubah bentuk dan warnanya menjadi kekuningan

C.    Kandungan Bahan Kimia Pada Plastik

Sebagian di antaranya kemasan plastik berasal dari material polyetilen, polypropilen, polyvinylchlorida (PVC) yang jika dibakar ataudipanaskan bisa menimbulkan dioksin, yaitu suatu zat yang sangat beracun dan merupakan penyebab kanker serta dapat mengurangi sistem kekebalan tubuh seseorang. Sehingga menjaga plastik agar tidak berubah selama digunakan sebagai pengemas makanan merupakan cara aman untuk menghindari bahaya-bahaya tersebut. Dan bahan utama pembuat PVC adalah DOP. DOP memang populer digunakan dalam proses plastisasi. Konsumsi DOP pada industri PVC mencapai 50-70% dari total produksi plasticizer (senyawa aditif yang ditambahkan ke dalam polimer untuk menambah fleksibilitas dan daya kerjanya). Selain efisien, DOP juga memberikan viskositas yang stabil pada saat aplikasinya pada PVC. Lebih dari itu, harga DOP paling murah di antara sekitar 300 plasticizer yang dikembangkan, karena proses sintesanya sederhana dan bahan baku industri petrokimia ini juga melimpah.

Istilah plastik mencakup produk polimerisasi sintetik atau semi-sintetik. Mereka terbentuk dari kondensasi organik atau penambahan polimer dan bisa juga terdiri dari zat lain untuk meningkatkan performa atau ekonomi. Ada beberapa polimer alami yang termasuk plastik. Plastik dapat dibentuk menjadi film atau fiber sintetik. Nama ini berasal dari fakta bahwa banyak dari mereka "malleable", memiliki properti keplastikan. Plastik didesain dengan variasi yang sangat banyak dalam properti yang dapat menoleransi panas, keras, "reliency" dan lain-lain. Digabungkan dengan kemampuan adaptasinya, komposisi yang umum dan beratnya yang ringan memastikan plastik digunakan hampir di seluruh bidang industri. Pellet atau bijih plastik yang siap diproses lebih lanjut (injection molding, ekstrusi, dll)

Plastik dapat juga menuju ke setiap barang yang memiliki karakter yang deformasi atau gagal karena shear stress, lihat keplastikan (fisika) dan ductile. Plastik dapat dikategorisasikan dengan banyak cara tapi paling umum dengan melihat tulang-belakang polimernya (vinyl{chloride}, polyethylene, acrylic, silicone, urethane, dll.). Klasifikasi lainnya juga umum.

Plastik adalah polimer; rantai panjang atom mengikat satu sama lain. Rantai ini membentuk banyak unit molekul berulang, atau "monomer". Plastik yang umum terdiri dari polimer karbon saja atau dengan oksigen, nitrogen, chlorine atau belerang di tulang belakang. (beberapa minat komersial juga berdasar silikon). Tulang-belakang adalah bagian dari rantai di jalur utama yang menghubungkan unit monomer menjadi kesatuan. Untuk mengeset properti plastik grup molekuler berlainan "bergantung" dari tulang-belakang (biasanya "digantung" sebagai bagian dari monomer sebelum menyambungkan monomer bersama untuk membentuk rantai polimer).

Pengesetan ini oleh grup "pendant" telah membuat plastik menjadi bagian tak terpisahkan di kehidupan abad 21 dengan memperbaiki properti dari polimer tersebut. Pengembangan plastik berasal dari penggunaan material alami (seperti: permen karet, "shellac") sampai ke material alami yang dimodifikasi secara kimia (seperti: karet alami, "nitrocellulose") dan akhirnya ke molekul buatan-manusia (seperti: epoxy, polyvinyl chloride, polyethylene).

D.    Proses Pembuatan Plastik

Penemuan dan pembuatan plastik, pertama kali dilaporkan oleh Dr.Montgomerie pada tahun 1843, yaitu oleh penduduk Malaya dengan cara memanaskan getah karet kemudian dibentuk dengan tangan dan dijadikan sebagai gagang pisau. Pada tahun 1845 J.Peluoze berhasil mensintesa sululosa nitrat. Cetakan bahan plastik yang pertama, dipatenkan oleh J.L.Baldwin pada tangal 11 Februari 1862 yang disebut dengan molds for making daguerreotype cases. Cetakan ini kemudian digunakan secara luas untuk membentuk bahan-bahan plastik yang terdiri dari campuran getah karet dengan berbagai bahan pengisi, humektan dan pemplastik.

Teknologi pembuatan plastik mulai dikembangkan pada tahun 1800-an. Kemudian pada tahun 1868 John Wesley Hyatt membuat billiard ball dengan menginjeksikan seluloid ke dalam mold. John dan Isaiah Hyatt mematenkan injection machine molding untuk pertama kalinya pada tahun 1872. Seluloid digunakan juga untuk mainan anak-anak, pakaian, cat dan vernis, serta film untuk foto.

a)      Injection Molding

Injection molding adalah metode pemrosesan material termoplastik yang mana material yang meleleh karena pemanasan diinjeksikan oleh plunger ke dalam cetakan yang didinginkan oleh air kemudian material tersebut akan menjadi dingin dan mengeras sehingga bisa dikeluarkan dari cetakan.

b)     Proses Pembuatan Botol  Plastik (Blow Mold Technology)

Proses pembuatannya diawali dengan pembentukan material plastik dengan cara meniupkan suatu fluida (cairan) kedalam cetakan untuk membentuk suatu bentukan yang diinginkan. Umumnya digunakan untuk bentukan yang berongga dengan perbedaan tebal dinding. Metode Blow Mold dapat dibedakan atas tiga cara, yaitu :

a.       Injection Blow Mold

Proses pembentukan produk berbahan plastik dengan cara diinjeksikan terlebih dahulu untuk bakalan plastik yang akan di blow. Terdiri dari komponen Injeksi dan Blow. Secara umum digunakan untuk kontainer dengan ukuran yang relatif kecil dan yang sama sekali tidak ada handle. Sering juga digunakan untuk kontainer yang terdapat bentukan ulir pada bagian leher pada botol.

Tahapan Proses :

1.      Plastik dalam keadaan melting diinjeksikan kedalam kaviti dalam bentuk bakalan.

2.      Plastik dipindah ke cetakan blowing.

3.      Udara di tiupkan sehingga plastik mengembang dan menempel sesuai bentuk mold.

4.      Cetakan membuka untuk pengeluaran produk.

b.      Extrusion Blow Mold

Proses pembentukan material plastik dengan cara diteteskan dari extruder. Metode yang paling sederhana dari blow mold terdiri dari extruder dan blow. Bisa digunakan untuk kontainer yang bervariasi dari bentuknya, ukurannya, bukaan leher pada botol, maupun bentukan handle. Jenis plastik yang digunakan adalah HDPE, PVC, PC, PP, and PETG. Tahapan Proses :

1.      Plastik dikeluarkan dari extruder masuk ke cetakan blow dengan pengarah lubang.

2.       Cetakan tertutup.

3.      Pengarah lubang mengalirkan fluida (udara) kedalam plastik yang dalam keadaan melting sehingga menekan ke cetakan.

4.      Cetakan terbuka untuk pengeluaran produk.

c.       Stretch Blow Mold

Proses pembentukan plastik dengan cara di rentangkan (stretch) sampai tercapai ukuran yang diinginkan dengan mempertimbangkan ketebalan bakalan plastik. Sangat baik digunakan untuk plastik dengan jenis PET. Terdiri dari komponen Injeksi, Stretcher dan Blow. Tahapan Proses :

1.      Plastik dalam keadaan melting diinjeksikan kedalam kaviti dalam bentuk bakalan.

2.       Plastik di stretching (diregangkan) sesuai dimensi yang diperlukan.

3.      Udara di tiupkan sehingga plastik mengembang dan menempel sesuai bentuk mold.

4.      Cetakan membuka untuk pengeluaran produk.

Ini merupakan prinsip dasar cara membuat botol. Di pabrik semua sistem berjalan secara otomatis dan bisa menghasilkan ribuan botol dalam tiap jamnya.

E.     Pengolahan atau Pemanfaatan Limbah Plastik

Seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan akan plastik terus meningkat. Data BPS tahun 1999 menunjukkan bahwa volume perdagangan plastik impor Indonesia, terutama polipropilena (PP) pada tahun 1995 sebesar 136.122,7 ton sedangkan pada tahun 1999 sebesar 182.523,6 ton, sehingga dalam kurun waktu tersebut terjadi peningkatan sebesar 34,15%.

Jumlah tersebut diperkirakan akan terus meningkat pada tahun-tahun selanjutnya. Sebagai konsekuensinya, peningkatan limbah plastikpun tidak terelakkan. Menurut Hartono (1998) komposisi sampah atau limbah plastik yang dibuang oleh setiap rumah tangga adalah 9,3% dari total sampah rumah tangga. Di Jabotabek rata-rata setiap pabrik menghasilkan satu ton limbah plastik setiap minggunya. Jumlah tersebut akan terus bertambah, disebabkan sifat-sifat yang dimiliki plastik, antara lain tidak dapat membusuk, tidak terurai secara alami, tidak dapat menyerap air, maupun tidak dapat berkarat, dan pada akhirnya akhirnya menjadi masalah bagi lingkungan. (YBP, 1986).

Pengelolaan Limbah Plastik Dengan Metode Recycle (Daur Ulang)

Pemanfaatan limbah plastik merupakan upaya menekan pembuangan plastik seminimal mungkin dan dalam batas tertentu menghemat sumber daya dan mengurangi ketergantungan bahan baku impor. Pemanfaatan limbah plastik dapat dilakukan dengan pemakaian kembali (reuse) maupun daur ulang (recycle). Di Indonesia, pemanfaatan limbah plastik dalam skala rumah tangga umumnya adalah dengan pemakaian kembali dengan keperluan yang berbeda, misalnya tempat cat yang terbuat dari plastik digunakan untuk pot atau ember. Sisi jelek pemakaian kembali, terutama dalam bentuk kemasan adalah sering digunakan untuk pemalsuan produk seperti yang seringkali terjadi di kota-kota besar (Syafitrie, 2001).

Pemanfaatan limbah plastik dengan cara daur ulang umumnya dilakukan oleh industri. Secara umum terdapat empat persyaratan agar suatu limbah plastik dapat diproses oleh suatu industri, antara lain limbah harus dalam bentuk tertentu sesuai kebutuhan (biji, pellet, serbuk, pecahan), limbah harus homogen, tidak terkontaminasi, serta diupayakan tidak teroksidasi. Untuk mengatasi masalah tersebut, sebelum digunakan limbah plastik diproses melalui tahapan sederhana, yaitu pemisahan, pemotongan, pencucian, dan penghilangan zat-zat seperti besi dan sebagainya (Sasse et al.,1995).

Terdapat hal yang menguntungkan dalam pemanfaatan limbah plastik di Indonesia dibandingkan negara maju. Hal ini dimungkinkan karena pemisahan secara manual yang dianggap tidak mungkin dilakukan di negara maju, dapat dilakukan di Indonesia yang mempunyai tenaga kerja melimpah sehingga pemisahan tidak perlu dilakukan dengan peralatan canggih yang memerlukan biaya tinggi. Kondisi ini memungkinkan berkembangnya industri daur ulang plastik di Indonesia (Syafitrie, 2001).

Pemanfaatan plastik daur ulang dalam pembuatan kembali barang-barang plastik telah berkembang pesat. Hampir seluruh jenis limbah plastik (80%) dapat diproses kembali menjadi barang semula walaupun harus dilakukan pencampuran dengan bahan baku baru dan additive untuk meningkatkan kualitas (Syafitrie, 2001). Menurut Hartono (1998) empat jenis limbah plastik yang populer dan laku di pasaran yaitu polietilena (PE), High Density Polyethylene (HDPE), polipropilena (PP), dan asoi.

1.      Plastik Daur Ulang Sebagai Matriks

Di Indonesia, plastik daur ulang sebagian besar dimanfaatkan kembali sebagai produk semula dengan kualitas yang lebih rendah. Pemanfaatan plastik daur ulang sebagai bahan konstruksi masih sangat jarang ditemui. Pada tahun 1980 an, di Inggris dan Italia plastik daur ulang telah digunakan untuk membuat tiang telepon sebagai pengganti tiang-tiang kayu atau besi. Di Swedia plastik daur ulang dimanfaatkan sebagai bata plastik untuk pembuatan bangunan bertingkat, karena ringan serta lebih kuat dibandingkan bata yang umum dipakai (YBP, 1986).

Pemanfaatan plastik daur ulang dalam bidang komposit kayu di Indonesia masih terbatas pada tahap penelitian. Ada dua strategi dalam pembuatan komposit kayu dengan memanfaatkan plastik, pertama plastik dijadikan sebagai binder sedangkan kayu sebagai komponen utama; kedua kayu dijadikan bahan pengisi/filler dan plastik sebagai matriksnya. Penelitian mengenai pemanfaatan plastik polipropilena daur ulang sebagai substitusi perekat termoset dalam pembuatan papan partikel telah dilakukan oleh Febrianto dkk (2001). Produk papan partikel yang dihasilkan memiliki stabilitas dimensi dan kekuatan mekanis yang tinggi dibandingkan dengan papan partikel konvensional. Penelitian plastik daur ulang sebagai matriks komposit kayu plastik dilakukan Setyawati (2003) dan Sulaeman (2003) dengan menggunakan plastik polipropilena daur ulang. Dalam pembuatan komposit kayu plastik daur ulang, beberapa polimer termoplastik dapat digunakan sebagai matriks, tetapi dibatasi oleh rendahnya temperatur permulaan dan pemanasan dekomposisi kayu (lebih kurang 200°C).

2.      Bioremediasi

Bioremediasi didefinisikan sebagai proses penguraian limbah organik/anorganik polutann secara biologi dalam kondisi terkendali. Penguraian senyawa kontaminan ini umumnya melibatkan mikroorganisme (khamir, fungi, dan bakteri).

a.       Proses Bioremediasi

Proses bioremediasi harus memperhatikan antara lain temperatur tanah, derajat keasaman tanah, kelembaban tanah, sifat dan struktur geologis lapisan tanah, lokasi sumber pencemar, ketersediaan air, nutrien (N, P, K), perbandingan C : N kurang dari 30:1, dan ketersediaan oksigen. Pendekatan umum yang dilakukan untuk meningkatkan biodegradasi adalah dengan cara yang pertama menggunakan mikroba indigenous (bioremediasi instrinsik), kedua memodifikasi lingkungan dengan penambahan nutrisi dan aerasi (biostimulasi), dan yang ketiga penambahan mikroorganisme (bioaugmentasi). Ada dua jenis bioremediasi, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi.

Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi. Sementara bioremediasi ex-situ atau pembersihan off-side dilakukan dengan cara tanah yang tercemar digali dan dipindahkan ke dalam penampungan yang lebih terkontrol, kemudian diberi perlakuan khusus dengan menggunakan mikroba. Bioremediasi ex-situ dapat berlangsung lebih cepat, mampu me-remediasi jenis kontaminan dan jenis tanah yang lebih beragam, dan lebih mudah dikontrol dibanding dengan bioremediasi in-situ.

b.      Teknik Bioremediasi

 Ada 4 teknik dasar yang biasa digunakan dalam bioremediasi:

1.      Stimulasi aktivitas mikroorganisme asli (di lokasi tercemar) dengan penambahan nutrien, pengaturan kondisi redoks, optimasi pH, dsb

2.      Inokulasi (penanaman) mikroorganisme di lokasi tercemar, yaitu mikroorganisme yang memiliki kemampuan biotransformasi khusus.

3.      Penerapan immobilized enzymes

4.      Penggunaan tanaman (phytoremediation) untuk menghilangkan atau mengubah pencemar. Bioremediasi ex-situ meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar.

Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Kelemahan bioremediasi ex-situ ini jauh lebih mahal dan rumit. Sedangkan keunggulannya antara lain proses bisa lebih cepat dan mudah untuk dikontrol, mampu meremediasi jenis kontaminan dan jenis tanah yang lebih beragam.

c.       Manfaat Bioremediasi

Bioremediasi telah memberikan manfaat yang luar biasa pada :

1.      Bidang Lingkungan, yakni, pengolahan limbah yang ramah lingkungan dan bahkan mengubah limbah tersebut menjadi ramah lingkungan. Contoh bioremediasi dalam lingkungan yakni telah membantu mengurangi pencemaran dari pabrik, misalnya saat 1979, supertanker Exxon Valdez di Alaska, lebih dari 11juta gallon oli mentah mengalir, tetapi bakteri pemakan oli membantu mengurangi pencemaran laut yang lebih jauh lagi.

2.      Bidang Industri, yakni bioremediasi telah memberikan suatu inovasi baru yang membangkitkan semangat industri sehingga terbentuklah suatu perusahaan yang khusus bergerak dibidang bioremediasi, contohnya adalah Regenesis Bioremediation Products, Inc., di San Clemente, Calif.

3.      Bidang Ekonomi, karena bioremediasi menggunakan bahan bahan alami yang hasilnya ramah lingkungan, sedangkan mesin-mesin yang digunakan dalam pengolahan limbah memerlukan modal dan biaya yang jauh lebih, sehingga bioremediasi memberikan solusi ekonomi yang lebih baik.

4.      Bidang Pendidikan, penggunaan microorganisme dalam bioremediasi, dapat membantu penelitian terhadap mikroorganisme yang masih belum diketahui secara jelas.Pengetahuan ini akan memberikan sumbangan yang besar bagi dunia pendidikan sains.

5.      Bidang Teknologi, bioremediasi memberikan tantangan baru bagi teknologi untuk terus memberikan inovasi yang lebih baik bagi lingkungan.

6.      Bidang Sosial, bioremediasi memberikan solusi ekonomi yang mudah dijangkau dan mudah dilakukan baik bagi rumah tangga dan industri. Dengan begini, limbah rumah tangga dapat dikelola jauh lebih baik.

7.      Bidang Kesehatan, dengan pengelolaan limbah yang baik, pencemaran dapat diminimalisir sehingga kualitas hidup manusia jauh meningkat.

8.      Bidang Politik, isu lingkungan dapat lebih ditekan sehingga para petinggi dapat memfokuskan masalah ke lingkup lain, Bahkan bioremediasi dapat membantu memperbaiki masalah yang berkesinambungan didalamnya.

3.      Plastik Ramah Lingkungan

Selama ini, beraneka produk dari plastik sangat mudah kita jumpai di pasaran. Sebab, selain praktis, harganya pun cenderung lebih murah. Bahkan, bisa dikatakan, tak ada hari tanpa plastik, mulai dari kantung belanja, hingga kemasan makanan. Tapi, belakangan, upaya mengurangi plastik sebagai bahan penunjang kehidupan sehari-hari, mulai banyak dilakukan. Sebab, plastik dianggap sebagai salah satu bahan tidak ramah lingkungan yang sukar diuraikan. Apalagi, setelah diteliti, ternyata bahan-bahan yang terbuat dari plastik, terbukti dapat memicu tumbuhnya bibit-bibit kanker.

Kantong plastik yang bisa hancur/terurai dalam waktu relatif singkat(saya sebut relatif singkat, jika dibandingkan dengan 200 hingga 1000 tahun waktu hancurnya material plastik biasa) terdiri dari 2 macam, yaitu kantong plastik bio-degradable dan kantong plastik oxo-degradable. Kantong plastik bio-degradable berbahan dari bijih plastik dicampur 20% – 30% tepung tapioka atau tepung jagung. Mengandung bahan alami bukan? Meskipun masih juga menggunakan bijih plastik. Sayangnya lagi, karena menggunakan bahan alami tersebut biaya pembuatannya tinggi sehingga harga jualnya lebih tinggi dari harga jual kantong plastik biasa, bahkan bisa mencapai 5 kalin lebih mahal.

Proses degradasi, dengan penggambaran produk kantong plastik ini yang mulai dari bulan ke-1, bulan ke-2, bulan ke-3, hingga bulan ke-24, mengalami degradasi atau kerusakan/kehancuran, sedikit demi sedikit. Butuh 24 bulan atau 2 tahun kantong plastik yang disebut “Ramah Lingkungan” ini untuk bersatu dengan alam. Sementara itu, kantong plastik oxo-degradable terbuat bijih plastik biasa, ditambah zat lain/aditif yang menyebabkannya menjadi mudah terurai, dengan mengalami oksidasi oleh udara. Salah satu zat aditif itu bernama EPI.

Kantong plastik Alfamart ini menggunakan Oxium sebagai aditifnya.

Oxium ternyata serupa dengan EPI, merupakan zat aditif yang mempercepat kehancuran material plastik. Hanya saja EPI berasal dari produsen Kanada, sedangkan Oxium ini adalah produk karya orang Indonesia.

Untuk menyelamatkan lingkungan dari bahaya plastik, saat ini telah dikembangkan plastik biodegradable, artinya plastik ini dapat duraikan kembali mikroorganisme secara alami menjadi senyawa yang ramah lingkungan. Biasanya plastik konvensional berbahan dasar petroleum, gas alam, atau batu bara. Sementara plastik biodegradable terbuat dari material yang dapat diperbaharui, yaitu dari senyawa-senyawa yang terdapat dalam tanaman misalnya selulosa, kolagen, kasein, protein atau lipid yang terdapat dalam hewan.

Jenis plastik biodegradable antara lain polyhidroksialkanoat (PHA) dan poli-asam amino yang berasal dari sel bakteri, polylaktida (PLA) yang merupakan modifikasi asam laktat hasil perubahan zat tepung kentang atau jagung oleh mikroorganisme, dan poliaspartat sintesis yang dapat terdegradasi. Bahan dasar plastik berasal dari selulosa bakteri, kitin, kitosan, atau tepung yang terkandung dalam tumbuhan, serta beberapa material plastik atau polimer lain yang terdapat di sel tumbuhan dan hewan.

Plastik biodegradable berbahan dasar tepung dapat didegradasi bakteri pseudomonas dan bacillus memutus rantai polimer menjadi monomer-monomernya. Senyawa-senyawa hasil degradasi polimer selain menghasilkan karbon dioksida dan air, juga menghasilkan senyawa organik lain yaitu asam organik dan aldehid yang tidak berbahaya bagi lingkungan. Plastik berbahan dasar tepung aman bagi lingkungan. Sebagai perbandingan, plastik tradisional membutuhkan waktu sekira 50 tahun agar dapat terdekomposisi alam, sementara plastik biodegradable dapat terdekomposisi 10 hingga 20 kali lebih cepat. Hasil degradasi plastik ini dapat digunakan sebagai makanan hewan ternak atau sebagai pupuk kompos. Plastik biodegradable yang terbakar tidak menghasilkan senyawa kimia berbahaya. Kualitas tanah akan meningkat dengan adanya plastik biodegradable, karena hasil penguraian mikroorganisme meningkatkan unsur hara dalam tanah.

Sampai saat ini masih diteliti berapa cepat atau berapa banyak polimer biodegradable ini dapat diuraikan alam. Di samping itu, penambahan tepung pada pembuatan polimer biodegradable menambah biaya pembuatan plastik. Namun ini menjadi potensi yang besar di Indonesia, karena terdapat berbagai tanaman penghasil tepung seperti singkong, beras, kentang, dan tanaman lainnya. Apalagi harga umbi-umbian di Indonesia relatif rendah. Dengan memanfaatkan sebagai bahan plastik biodegradable, akan memberi nilai tambah ekonomi yang tinggi. Penelitian lebih lanjut sangat diperlukan. Bukan tidak mungkin kelak Indonesia menjadi produsen terbesar plastik biodegradable di dunia.

Jerman, India, Australia, Jepang, dan Amerika adalah negara yang paling intensif mengembangkan riset plastik biodegradable dan mempromosikan penggunaannya menggantikan plastik konvensional. Produk industri berbahan dasar plastik mulai menggunakan bahan biodegradable. Fujitsu, perusahaan komputer besar di Jepang telah menggunakan plastik biodegradable ini pada semua casing produknya. Komunitas internasional sepakat, penggunaan bahan polimer sintetis yang ramah lingkungan harus terus ditingkatkan.

Sementara itu, penggunaan di Indonesia masih jauh panggang dari api. Padahal sudah jelas potensi bahan baku pembuatan plastik biodegradable sangat besar di Indonesia. Tampaknya perlu dukungan dari semua pihak terutama pemerintah selaku regulator, industri kimia dan proses, serta kesadaran dari seluruh masyarakat. Harus ada kerja sama diantara banyak pihak untuk mendukung penerapan plastik biodegradable menggantikan plastik konvensional. Penggunaan skala besar plastik berbahan biodegradable ini akan membantu mengurangi penggunaan minyak bumi, gas alam dan sumber mineral lain serta turut berkontribusi menyelamatkan lingkungan.

4.     Incinerasi

Cara lain untuk mengatasi limbah plastik adalah dengan membakarnya pada suhu tinggi (incinerasi). Limbah plastik mempunyai nilai kalor yang tinggi, sehingga dapat digunakan sebagai sumber tenaga untuk pembangkit listrik. Beberapa pembangkit listrik membakar batu bara yang dicampur beberapa persen ban dan plastik bekas. Akan tetapi pembakaran sebenarnya menimbulkan masalah baru, yaitu pencemaran udara. Pembakaran plastik seperti PVC menghasilkan gas HCl yang bersifat korosif. Pembakaran ban bekas menghasilkan asap hitam yang sangat pekat dan gas- gas yang bersifat korosif. Gas- gas korosif ini membuat incinerator cepat terkorosi. Polusi yang paling serius adalah dibebaskannya gas Dioksin yang sangat beracun pada pembakaran senyawa yang mengandung klorin seperti PVC. Untuk itu, pembakaran harus dilakukan dengan pengontrolan yang baik untuk mengurangi polusi udara

F.     Dampak Yang Ditimbulkan Dari Limbah Plastik Pada Lingkungan

Banyak masyarakat yang tidak mengetahui bahaya dari plastik itu sendiri, apabila kita tidak benar menggunakannya. Beberapa laporan ini menguak sisi lain dari kemudahan yang diberikan oleh bahan-bahan yang terbuat dari polimer sintetis. Styrofoam (gabus) praktis dipakai sebagai kemasan makanan. Demikian juga plastik. Tetapi keduanya juga mengandung zat-zat yang amat berbahaya bagi kesehatan tubuh. Kanker salah satu ancamannya. Bahan dasar pembuatan Styrofoam adalah styren. Styren, bahan dasar styrofoam, bersifat larut lemak dalam alkohol. Ini berarti, wadah dari jenis ini tidak cocok untuk tempat susu yang mengandung lemak tinggi. Begitu pun dengan kopi yang dicampur krim. Padahal, tidak sedikit restoran cepat saji yang menyuguhkan kopi panasnya dalam wadah ini. Karena itu sewajarnya kita berhati-hati menggunakan styrofoam. Kalau untuk makanan dingin tidak perlu khawatir, tapi bagaimanapun, penggunaannya sebaiknya dihindari. Styrofoam mengandung muatan zat racun, terutama styrin. Oleh sebab itu, hidangan panas yang akan disajikan ke dalam kotak styrofoam sebaiknya didinginkan dahulu dan diberi alas daun, jangan plastik. Demikian halnya plastik botol minuman mineral. Bahan plastik yang disebut polyethylene terephthalate ini sebaiknya jangan disiram air panas, lantaran mengandung zat atau senyawa stiarin. Meski demikian, ada bahan-bahan plastik tertentu yang memang tahan panas.


1.      Pigmen warna

Ancaman terhadap kesehatan karena pigmen datang dari kantong plastik berwarna-warni. Masalahnya adalah seringkali tidak diketahui bahan pewarna yang digunakan. Memang ada pewarna khusus untuk kantong plastik yang aman untuk makanan. Tetapi di Indonesia jarang ditemukan hal yang demikian. Biasanya produsen di sini menggunakan pewarna nonfood grade atau pewarna yang tidak aman bagi makanan. Banyak kandungan berbahaya dari kantong plastik (kresek) bisa mengontaminasi makanan. Bila terkena suhu tinggi, pigmen warna kantong plastik akan bermigrasi ke makanan. bila makanan yang baru digoreng ditempatkan di kantong kresek, suhu minyak yang tinggi akan menghasilkan kolesterol atau lemak jenuh yang tinggi pula.


2.      Zat beracun dalam Plastik tanpa warna

Menurut ilmu kimia, yang perlu diwaspadai adalah plastik yang tidak berwarna ini. Semakin jernih, bening, dan bersih plastik tersebut, semakin sering terdapat kandungan zat kimia yang berbahaya dan tidak aman bagi kesehatan manusia.

Ada bahan-bahan yang terkandung pada plastik

a.       Dioctyl phthalate (DOP)

Ingat iklan tentang pipa plastik dari bahan polyvinyl chlorida (PVC) yang tak hancur meski diinjak-injak gajah? Sekarang, bayangkan bila unsur-unsur zat itu masuk ke tubuh melalui kemasan makanan dari bahan plastik maupun styrofoam (gabus). Tentu saja sistem pencernaan kita sulit mencernanya.

b.      Zat benzen

Ditambah lagi pada jenis bahan ini justru ditemukan kandungan yang menyimpan zat benzen, suatu larutan kimia yang sulit dilumat oleh sistem percernaan. Benzen ini juga tidak bisa dikeluarkan melalui feses (kotoran) atau urine (air kencing). Akibatnya, zat ini semakin lama semakin menumpuk dan terbalut lemak. Inilah yang bisa memicu munculnya penyakit kanker.

c.       Zat kimia karsinogen

Zat ini dapat menyebabkan endocrine disrupter (EDC), yaitu suatu penyakit yang terjadi akibat adanya bahan kimia karsinogen dalam makanan. Saat ini masih banyak restoran-restoran siap saji (fast food) yang masih menggunakan styrofoam sebagai wadah bagi makanan atau minumannya. Sedapat mungkin Kalian harus menghindari penggunaan styrofoam untuk makanan atau minuman panas, karena sama halnya dengan plastik, suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan perpindahan kandungan kimia dari plastik ke dalam makanan.

d.      Logam berat Zn (seng)

Belum lagi, stryfoam ini juga mengandung logam berat Zn (seng) yang biasanya diberikan pabrik plastik sebagai bahan tambahan untuk plastik.

e.       Formalin

Formalin ternyata bukan hanya ditemukan pada ikan, mi, baso, atau tahu. Terungkap bahwa zat pengawet mayat itu juga ditemukan pada plastik pembungkus makanan dan styrofoam. Sementara itu dalam sebuah penelitian lain disebutkan pada pembungkus berbahan dasar resin atau plastik rata-rata mengandung 5 ppm formalin. Satu ppm adalah setara dengan satu miligram per kilogram. Formalin pada plastik atau styrofoam ini, merupakan senyawa-senyawa yang secara menetap terkandung dalam bahan dasar resin atau plastik. Namun, zat racun tersebut baru akan luruh ke dalam makanan akibat kondisi panas, seperti saat terkena air atau minyak panas. Karenanya, , makanan yang masih panas jangan langsung dimasukkan ke dalam plastik atau kotak styrofoam. Bersama formalin, luruh pula zat yang tak kalah racunnya yakni stiarin, yang biasa terkandung pada styrofoam.

Secara umum, zat racun seperti formalin dan stiarin terdapat dalam produk berbahan dasar resin. Namun, dalam kadar cukup tinggi, senyawasenyawa ini terkandung dalam produk plastik berkualitas rendah seperti, plastik PVC. Contoh sederhana plastik dengan kadar racun tinggi adalah kantung plastik warna hitam yang biasa digunakan toko-toko untuk mengantongi barang belian. Lebih baik kantong plastik ini tidak disatukan dengan makanan, apalagi yang masih panas, seperti goreng-gorengan.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan pembahsan makalah diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1.      Plastik adalah salah satu bahan mengandung Bisphenol-A.

2.      Plastik dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yakni plastik yang bersifat thermoplastic dan yang bersifat thermoset. Thermoplastic dapat dibentuk kembali dengan mudah dan diproses menjadi bentuk lain, sedangkan jenis thermoset bila telah mengeras tidak dapat dilunakkan kembali.

3.      Limbah adalah bahan sisa pada suatu kegiatan atau proses produksi. Limbah digolongkan dalam 2 golongan, yaitu limbah yang memiliki nilai ekonomis limbah yang dengan proses lebih lanjut/diolah dapat memberikan nilai tambah dan limbah non ekonomis limbah yang tidak akan memberikan nilai tambah walaupun sudah diolah.

4.      Kode-kode jenis plastik yaitu Kode 1 bertuliskan PET atau PETE digunakan sebagai botol minuman, minyak goreng, kecap, sambal, obat, maupun kosmetik. Kode 2 Bertuliskan HDPE digunakan untuk botol kosmetik, obat, minuman, tutup plastik, jerigen pelumas, dan cairan kimia. Kode 3 Bertuliskan PVC digunakan pada mainan anak, bahan bangunan, dan kemasan untuk produk bukan makanan. Kode 4 Bertuliskan LDPE digunakan untuk membungkus, misalnya sayuran, daging beku, kantong/tas kresek. Kode 5 Bertuliskan PP digunakan sebagai kemasan makanan, minuman, dan botol bayi menggunakan plastik jenis ini. Kode 6 Bertuliskan PS digunakan sebagai gelas dan tempat makanan styrofoam, sendok, dan garpu plastik, yang biasa ada pada kotak makanan. Kode 7 untuk jenis lainnya mencakup semua jenis plastik yang tidak termasuk dalam keenam kategori di atas.

5.      kemasan plastik berasal dari material polyetilen, polypropilen, polyvinylchlorida (PVC) yang jika dibakar ataudipanaskan bisa menimbulkan dioksin, yaitu suatu zat yang sangat beracun dan merupakan penyebab kanker serta dapat mengurangi sistem kekebalan tubuh seseorang.

6.      Pemanfaatan limbah plastik dapat dilakukan dengan pemakaian kembali (reuse) maupun daur ulang (recycle).

7.      Bioremediasi telah memberikan manfaat yang luar biasa pada bidang lingkungan, bidang industri, bidang ekonomi, bidang pendidikan, bidang teknologi, bidang sosial, bidang kesehatan, bidang politik.

8.      Jenis plastik biodegradable antara lain polyhidroksialkanoat (PHA) dan poli-asam amino yang berasal dari sel bakteri, polylaktida (PLA) yang merupakan modifikasi asam laktat hasil perubahan zat tepung kentang atau jagung oleh mikroorganisme, dan poliaspartat sintesis yang dapat terdegradasi.

9.      Penggunaan skala besar plastik berbahan biodegradable ini akan membantu mengurangi penggunaan minyak bumi, gas alam dan sumber mineral lain serta turut berkontribusi menyelamatkan lingkungan.

10.  Bahan dasar plastik berasal dari selulosa bakteri, kitin, kitosan, atau tepung yang terkandung dalam tumbuhan, serta beberapa material plastik atau polimer lain yang terdapat di sel tumbuhan dan hewan.

11.  Bahan-bahan yang terkandung pada plastik yaitu dioctyl phthalate (dop), zat benzen, zat kimia karsinogen, logam berat zn (seng) dan formalin.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim .2008. “Kemasan Polystirena Foam (Styrofoam)” . Info POM(Vol 9 No. 5, September 2008). Jakarta.

Anonim. 2011. Plastik ramah lingkungan. http://mapalaapache .blogspot.com/2011/01/plastik-ramah-lingkungan.html. diakses pada tanggal 3 April 2013

Anonim. 2009. Bioplastik. http://bioteknologiindonesia.blogspot.com/2009/03/mikroba. tenaga.kerja.bioplastik. Diakses pada tanggal 3 April 2013

Fumento, Michael. 2003. Bioevolution: How Biotechnology Is Changing Our World . United State of America : Encounter Books.

Suwanto. 1998. Bioteknologi molekuler: Mengoptimalkan manfaat keanekaan hayati melalui teknologi DNA rekombinan (in Indonesian). Bogor: IPB.